Gerimis membentur karang
Sepi yang dingin semakin riuh
Dibawah awan kelabu
Setelah gerimis mengguyur andamku
Gagak-gagak hitam menggerubung di buritan kapal.
Bukan itu !!
Ini adalah puisi untuk seorang sahabat
Bisa saja kutulis, sahabat itu adalah pelangi disenja hari
Bulan pada waktu malam
Matahari saat rinduku membutuhkan cahaya.
Ini adalah puisi untuk seorang sahabat
Karena kami dulu pernah mendulang mesrah bersama hari
Juga bersama malam
Dimana penghuni malam telah tidur pules
Suara kami masih renyah di dinding goa
Ini adalah puisi
dari seorang sahabat
Puisi dari seorang sahabat yang kau tabur cuka
Jiwanya kini mati tanpamu
Ini adalah puisi untuk seorang sahabat
Aku pernah membuatnya tersenyum
Dia juga dapat membuatku tersenyum
Karena kami pernah menangis bersama
Dunia ini berputar bagaikan roda
Namun suaramu tetap tinggal dalam dadaku
Karena ini adalah puisi untuk seorang sahabat
Yang telah ada penggantiku baginya
Dan aku bukanlah sahabatnya lagi
Gelapnya malam menjadi kegelapan yang sangat menakutkan
Karena cahaya lilin dihatinya telah redup untukku
Wajar kalau aku merindukan dia
Bahkan tak henti bibirku memanggil namanya
Ini adalah puisi untuk seorang sahabat
Tapi, entah dimana dia
Kuingin dia membaca puisiku ini
Karena dia telah tinggalkan sepi bersamaku
Sahabatnya bukanlah aku lagi
Tapi suaraku yang parau memanggil dia sahabat
Itu adalah luka terakhir dari dia
Dia tabur cuka diatas hatiku
Semua sudah berlalu
Aku akan lebih sejuk bersama semilir yang membawa duka
Kembalilah sahabatku !!
Jangan pergi bersama angin yang membawa semu
Mungkin hariku sepi tanpamu