Posted by Kumpulan Puisi - Kata Mutiara dan Kisah on 1 Oktober 2012
Jika saja waktu dan kenangan adalah layang-layang, sudah kugulung benang-benangnya dan kugunting bagian yang tak kuingin.
Hari itu, hujan curah tak deras namun lama. Kaca jendela berembun
hingga tak perlu juntai tirai sebagai selubung. Tak ada orang yang akan
melihat kita, bisikmu. lalu kau buka kancing-kancing baju dengan tangan
gemetar, memperlihatkan kerumunan tahi lalat yang kau rahasiakan di sisi
kiri payudaramu yang perawan menawan. Kau tuntun tanganku menghitungnya
satu persatu, tetapi aku gagal menyebut jumlah.
Setiap hujan
seperti ini, aku berkeringat teringat hangat tubuhmu. Meski kukatup mata
sepenuh tutup, sedikitpun tak ada terlupa. seluruh benar-jelas-selalu.
Tahi lalat yang tak pernah aku tahu jumlahnya itu, kini menjelma jutaan
belatung yang tak kenal kenyang. usiaku hanya bangkai-bangkai kucing
dan anjing.
Jika saja waktu dan kenangan adalah layang-layang,
pada saat-saat hujan begini, sudah ada seorang lain perempuan. sebelah
pahanya jadi bantal, sebelah tangannya mencabut uban-uban
Di ubun-ubunku.