Posted by Kumpulan Puisi - Kata Mutiara dan Kisah on 6 Desember 2012
Apa yang kuberikan untuk mama
Untuk mama tersayang
Tak kumiliki sesuatu berharga
Untuk mama tercinta
Hanya ini kunyanyikan
Senandung dari hatiku untuk mama
Hanya sebuah lagu sederhana
Lagu cintaku untuk mama
KumpulanPuisi - Tak terasa air mataku menetes membasahi pipi. Hati ku selalu bergetar ketika mendengar lagu tersebut. Teringat kembali dengan masa lalu ku. Andai waktu dapat ku putar,dan mengantisipasi kesalahan yang akan ku perbuat , mungkin saat ini Bunda masih bersama ku dan akan bangga pada ku.
Lamunan ku kembali memutar ulang sebuah rekaman dalam memori ku.
“ Pokoknya Laras mau pergi. Laras sudah besar bunda,laras bisa jaga diri. Lagian Laras cuma ke pesta ultahnya Nia. Ga’ mungkin Laras ga datang.” Aku mencoba meyakinkan Bunda.
“ Tapi bunda lagi sakit, ayah juga lagi dinas di luar kota. Bunda juga punya firasat ngga’ enak kalau kamu pergi. Kamu itu perempuan, ngga’ boleh pulang malam.” Ujar bunda.
“ Kan ada bibi yang bisa jaga bunda. Pokoknya Laras pergi. Jam 11 Laras pulang.” Aku tetap bersikukuh untuk pergi.
Bunda tak mempunyai kekuatan lagi untuk melarang ku. Mungkin karena beliau juga tahu bahwa aku adalah anak tunggalnya yang memiliki sifat keras kepala.
+++
Malam itu aku tetap pergi meninggalkan Bunda sendiri. Di pesta tersebut sudah menunggu Nia dan pacar ku Andika. Kami berpesta dan berdansa ria tanpa lelah, dan saat ku melihat jam tangan ku, waktu sudah menunjukkan waktu 00.20. Aku sudah berniat ingin pulang, namun Andika menahan ku.
“ Sabar donk yank, sebentar lagi ya, nanti aku antar pulang….” Andika berusaha membujuk.
Aku tak sempat menjawab karena mulut ku sudah d’ cekoki dengan segelas minuman yang aku tak tau minuman apa itu.
Seketika kepala ku pusing, pandangan ku berputar-putar dan aku tak mengetahui kejadian apa yang selanjutnya telah terjadi.
+++
Saat ku terbangun, matahari sudah muncul ke permukaan. Aku berada di sebuah kamar dan aku baru tersadar bahwa di sebelah aku adalah Andika. Aku menjerit sekeras-kerasnya…..
“ Tenang Laras, aku akan bertanggung jawab. Kamu tidak perlu takut. Aku mencintai kamu Laras.” Andika mencoba meyakinkan ku.
“ Tapi kalau aku hamil bagaimana ??? Aku harus berkata apa pada ayah dan bunda ???” Aku semakin cemas mengingat bunda memiliki penyakit jantung.
“ Aku yang akan bicara pada kedua orang tua mu. Laras,percayalah….” Andika terus saja meyakinkan ku hingga aku luluh juga dengan kata-katanya.
+++
Sudah sebulan lebih sejak kejadian malam itu, aku dan Andika semakin dekat. Kami sering melakukan hubungan yang tak layak, hingga akhirnya aku telat datang bulan. Aku hamil.
Dan sepertinya Bunda sudah mencium ketidak beresan ku akhir-akhir ini. Hingga suatu malam Bunda ingin bicara pada ku.
“ Laras, Bunda lihat kamu sering sekali pulang malam,apa kegiatan mu tidak terlalu padat ?? Bunda takut itu semua mengganggu kuliah kamu.” Bunda mulai berbicara.
“ Ngga’ kok bunda, semuanya baik-baik saja. Nilai Laras juga baik-baik saja, bunda jangan terlalu cemas. “ Aku berbohong, karena sebenarnya aku sudah jarang masuk kuliah. Dan nilai-nilai ku sudah sangat anjlok.
“ Laras, kamu satu-satunya anak ayah dan bunda, kamu harapan kami satu-satunya. Bunda ingin melihat anak bunda bahagia dan sukses. Bunda sudah tua, sekarang pun bunda sudah sering sakit-sakitan, sebelum bunda pergi meninggalkan kalian semua, bunda berharap sekali bisa melihat kamu dengan tambahan nama gelar di belakang nama kamu. Bunda ingin datang ke acara saat kamu di wisuda.” Bunda menyampaikan harapannya.
“ Ya bunda.” Aku hanya bisa mengangguk. Karena sebenarnya aku tidak tahu apakah aku bisa mewujudkan harapan bunda.
+++
“ Andika, kamu di mana ? kenapa sekarang kamu sulit di hubungi. Apa kamu menghindar ?? Bagaimana dengan janji kamu ? Sekarang aku HAMIL….!!!” Aku menelefon Andika karena saat ini dia sangat sulit untuk di hubungi.
“ Aku tidak menghindar Laras, aku sedang sibuk.” Andika hanya menjawab sekenanya.
“ Besok kita harus bertemu…!!!” Aku mulai frustasi
Namun saat keesokkan harinya, aku menunggu Andika, namun ia tidak kunjung datang. Perasaan ku kacau, aku mulai putus asa.
+++
Setibanya di rumah, aku mendapati bibi sedang menangis sambil memegangi telepon.
“ Kenapa bibi kok nangis ??” Aku mulai bertanya karena penasaran.
“ Non Laras dari mana, kenapa Hp nya tidak bisa di hubungin ??” Bibi malah balik bertanya.
“ Tadi baterai Hp Laras habis. Memangnya kenapa bi ?” Aku beralasan.
“ Nyonya masuk rumah sakit kena serangan jantung setelah menerima surat dan masuk ke kamar non Laras.” Bibi menjelaskan.
Aku kaget karena di atas kasur ku terdapat surat peringatan akan di DO jika nilai-nilai ku tidak di perbaiki. Nilai-nilaiku sangat buruk. Mungkin inilah yang membuat bunda syok dan penyakit jantungnya kumat. Aku mengecewakan bunda.
Namun aku semakin kaget ketika di samping amplop terdapat alat test kehamilan ku. Aku sudah membuangnya, apakah mungkin Bunda membongkar tempat sampah ku??
Aku lunglai dan tak sadar aku menjatuhkan diriku di lantai. Betapa bodohnya aku. Maafkan aku bunda….
Aku segera bergegas ke rumah sakit.
+++
Sesampainya di rumah sakit, aku sudah melihat ayah di sana. Tatapan matanya kosong. Aku agak takut mendekatinya, aku yakin ayah sudah mengetahui alasan mengapa bunda bisa masuk rumah sakit. Beliau tidak bergeming ketika aku datang, tidak ada rasa marah yang ku baca dari wajahnya. Hanya tatapan kosong ketika beliau memandang ku. Aku membaca sesuatu yang buruk telah terjadi. Dengan sikap tenangnya, beliau mengangguk. Walau sebenarnya ia ingin menangis, sama seperti yang aku lakukan sekarang. Bunda telah tiada.
Aku menghempaskan diri ku ke lantai, aku menangis dengan histeris. Seketika pandangan ku kabur. Dan aku tak tahu apa yang selanjutnya terjadi.
+++
Kata dokter aku keguguran.
Aku terlalu banyak pikiran.
Ayah masih menunggui ku di rumah sakit.
“ Ayah, maafkan Laras…” Hanya itu yang bisa ku katakan.
Ayah hanya membalas dengan senyuman.
“Kamu harus segera sehat.” Hanya itu yang beliau katakan.
+++
“ Mama, chica mau minyum cucu…”
Aku tersadar oleh suara anak ku. Ya…saat ini aku telah memiliki sebuah keluarga kecil. Aku menikah dengan Randy yang bisa menerima kekurangan ku, dan telah di karuniai anak berumur 1 tahun bernama Chika. Aku masih tinggal bersama ayah ku yang telah pensiun.
Andai bunda masih ada, pasti akan lengkap kebahagiaan ku saat ini. Bersama ayah dan bunda serta keluarga kecil ku.
Ku pandangi piagam yang terpajang di ruang keluarga
Sarjana Termuda dengan Nilai Cumlaude
LARAS ANGGITA, ST.,M.Kom.
Maafkan Laras bunda, semoga bunda bahagia di alam sana.