http//kumpulanpuisi-adakau.blogspot.com
Rembulan muncul selepas azdan.
Ketika rasaku berubah menjadi kabut dalam remangnya senja.
Bayangan gadis yang menari di bulu mata. Menyapaku dengan senyuman manis.
Rembulan tersenyum melihatku tersenyum.
Hamparan awan yang berjingkrak perlahan.
Kibaskan mendung yang ada ketika ashar.
Bekas titik air di atas genteng kamarku.
Perlahan mengering, seirama dengan nyanyian malam yang mulai membuaiku dalam lamunan imajinasi. Rembulan masih tersenyum.
Canda sahabat yang mencoba menyebrangi akalku.
Sedikit tertepiskan oleh kanyataan ketika aku mulai terbangunkan oleh suara lembut bidadari kemerahan. Tatih tapak kaki yang mulai terseok.
Teteskan peluh yang keluar dari dahiku.
Rembulan seolah malu. Saat kutanya “Apakah negkau harus tersenyum setiap malam?”.
Ketika hati ini mulai diliputi keraguan? Engkau yang bersanyam dalam ruang senja.
Bergulir, berlari mengejar waktu. Aku masih disini.
Ketika semua orang mulai berlari. Ketika semua sahabat mulai beranjak kaki.
Nyanyian binatang malam yang selalu menghiburku di Puncak semeru.
Yang lama kurindu. Gadis yang mulai berjalan.
Tinggalkan tanya yang harus terbuang begitu saja.
Engkau yang sendiri diantara kelam kabut.
Mencoba torehkan memori yang akan selalu tengiang dalam gema semesta.
Lorong gedung yang selalu mendakwaku.
Tembok dinding yang selalu menghujatku.
Kebodohan dan ketidaktahuan yang membuatku terjatuh. tersimpung dipangkuan pertiwi.
Ingatkan sebuah pengorbanan sahabat yang tekapar ditiang keabadian? Aku tidak bisa berpikir sampai kesitu.
Selaksa kata yang tercurahkan dalam lembar ini.
Takkan mewakili setiap keinginan di hati.
Rasa yang tersayat, teriris oleh tajam kibasan sayap malaikat.
Takkan mungkin membawaku terbang tinggi.
Tetes darah di peraduan yang menangis.
Gulirkan air mataku yang mungkin sudah habis.
Urai rambut gadis yang terjuntai.
Lambaikan tangan ke rembulan.
Rembulanpun menangis, ketika harus sadar bahwa setiap keinginan adalah sebuah perjuangan. Dan………setiap perjuangan akan selalu berhadapan dengan kenyataan/ Pahit.
Manis yang kadang diharap hilang bersama bising rintik hujan.
Engkau yang tersendiri. Bergelayut dengan renung jiwa.
Rongga dada yang sesak dengan asap serutu kebohongan diri.
Gulirkan aku dari singgasana nurani. Aku yang mencoba gapai selendang jingga.
Tercabik waktu yang menusukku. Sejenak singgah di dahan ranting kering.
Yang berjatuhan bersama daun layu.
Setapak yang berdebu. Sisakan bekas yang sebentar hilang. Engkau yang tersenyum bersama rembulan. Berikan aku kesejukan tertahan.
By, Sahabat & Me
Puisi Untuk Seseorang yg tak pernah mengganggapku ada.