Posted by Kumpulan Puisi - Kata Mutiara dan Kisah on 14 Desember 2011
Ayah
Karena kerapuhan kah hingga aku hanya bisa menangis pada puisi
Karena terlalu pedihkah hingga aku larut dalam dalam raksa hidup yang mengental menghitam
Bukan genap atau ganjil
Bukan !!
Bukan hitungan.. dua dikurang satu sama dengan satu
Bukan !!
Ibu dikurang ayah sama dengan yatim
Ayah pergi lalu ibu tinggal
Ayah menuju keterpisahan membuatkan batas yang tak mampu kutuju. Kutuju untuk menemuimu sekedar mengaduhkan ibu
Ibu yang semakin sendu
Ibu yang selalu meyakinkanku
Ibu adalah ketangguhan dalam kesendirian menggiring hidupku
pada permulaan yang akan selalu mendekatkanku pada akhiran
Akhiran kebahagian atau aku celaka dan durhaka karena menghadiahi ibu dengan sumber air mata tangis, lalu aku pergi kepada ayah, lalu aku pulang lalu akau mengaduh lagi
Ayah..
Mengenang seperti apa lagi yang bisa menyusutkan rinduku
atau kulupakan saja. Biar aku tak mengingatmu lagi
Karena terlalu tinggi kuraih, kehadiranmu dalam anganku
Yah...
Ibu menangis lagi
Ibu terisak lagi...
Tapi bukan itu yang kusesali
Karena kerapuhan sebabnya
Karena pergulatan yang kering ini
Karena kepedihan
Karena pecahan kaca-kaca itu
Kaca yang harus ditapaki
Sementara telapak kaki belum begitu sembuh
Ajari aku ayah.. bagaimana membuat senyum ibu kembali
Ini luka....
Yang bercerita lalu entah....
Entah yang tak pernah dimengerti oleh ku, dan oleh ku juga berlalu bersama retak waktu yang mengeping dan mengecil menjadi kenestapaan
Lalu menitik pada keterpekurandan takkan pernah hilang sekalipun telah melewati seribu malam-malam perenungan pada bunga kamboja yang masih kaku untuk kutaburkan pada masa yang turut mengentakkan dalam kesadaran yang mengepung menjadi diam
Selamat tinggal ayah..
Jika doaku sampai.. cukup kirimkan aku senyuman
Selamat tinggal ayah..
Esok jika aku bisa pulang.. akan kujenguk makam mu
Aku janji..
Aku tidak akan menangis lagi
Warning !
Kalau ingin copas , tolong sertakan penulis atau creditnya ya kakak..
We are family..